JABARINSIDE.COM | Sukabumi – Di sebuah rumah panggung sederhana di Kampung Ciseureuh, RT 42 RW 12, Desa Cijulang, Kecamatan Jampangtengah, tinggal sepasang suami istri yang menjalani hidup serba kekurangan. Pudin (60) bersama istrinya, Een (50), sudah belasan tahun menetap di rumah berdinding bilik bambu yang kini banyak bolong dan atapnya bocor.
“Rumah ini dulunya dibangun secara swadaya masyarakat, tapi sampai sekarang tidak ada biaya untuk memperbaikinya. Jadi ya, kami hanya bisa pasrah kalau hujan deras, air masuk ke dalam rumah,” tutur Pudin saat ditemui Sabtu (20/9/2025).
Kehidupan pasangan ini memang jauh dari kata layak. Pudin tidak memiliki pekerjaan tetap, penghasilan hariannya pun hanya sekitar Rp20 ribu, itu pun jika ada pekerjaan serabutan. Kondisi ekonomi yang serba terbatas membuat mereka tidak mampu memperbaiki rumah, bahkan untuk kebutuhan sanitasi pun terabaikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami tidak punya kamar mandi, terpaksa buang air di selokan,” ucapnya lirih.

Kesulitan hidup tak berhenti di situ. Een, sang istri, sudah lebih dari enam tahun mengalami katarak di kedua matanya. Pandangannya makin hari makin kabur, sementara biaya pengobatan sama sekali tidak bisa mereka jangkau.
“Kartu KIS kami sudah tidak bisa dipakai lagi, BPJS juga tidak ada. Jadi ya dibiarkan saja,” kata Pudin dengan nada sedih.
Selama 17 tahun tinggal di rumah tersebut, Pudin mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Meski demikian, ia masih menyimpan harapan agar ada perhatian dari pihak berwenang, terutama terkait kondisi kesehatan istrinya.

“Saya hanya ingin ada bantuan, entah itu untuk pengobatan atau perbaikan rumah, supaya kehidupan kami bisa sedikit lebih baik,” ungkapnya penuh harap.