JABARINSIDE.COM | sukabumi – Menjelang akhir tahun 2025, sorotan publik terhadap kinerja Bupati Sukabumi Asep Jafar (Asjaf) dan Wakil Bupati Andreas semakin tajam. Bagi LSM Gerakan Aktivis Penyelamat Uang Negara (GAPURA) RI, ukuran paling jujur untuk menilai kepemimpinan mereka bukanlah sekadar janji politik, melainkan capaian nyata dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sekretaris Jenderal LSM GAPURA RI, Bulderi Sbastian, menegaskan bahwa tren PAD menjadi indikator penting untuk mengukur tata kelola pemerintahan daerah. Ia mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir, kinerja PAD Kabupaten Sukabumi menunjukkan grafik positif.
“Pada 2023 target PAD dipatok Rp668 miliar dengan realisasi semester I mencapai Rp318 miliar atau 47,5 persen. Itu masih tergolong stabil. Bahkan di 2024, pencapaiannya membanggakan. Dari target Rp718,36 miliar, realisasi justru menembus Rp773,39 miliar atau 107,66 persen. Artinya, melampaui target lebih dari 7 persen,” jelas Bulderi, Senin (15/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, ia menilai tantangan di tahun 2025 jauh lebih berat. Pasalnya, sejak dilantik pada 20 Februari 2025, pasangan Asjaf–Andreas langsung dihadapkan pada target pajak daerah yang melonjak tajam. “Tahun ini target pajak daerah ditetapkan Rp443,7 miliar, naik 48 persen dari tahun sebelumnya. Itu angka yang sangat ambisius,” ujarnya.
Bulderi menyebutkan, hingga kini data resmi realisasi PAD Semester I Tahun 2025 belum sepenuhnya dipublikasikan, meski DPRD sudah menyetujui Perubahan APBD pada Agustus lalu dengan dasar capaian realisasi semester pertama.
“Tren PAD memang meningkat, bahkan di 2024 bisa melebihi target. Tapi 2025 ini menjadi ujian sebenarnya bagi Asjaf–Andreas. Apakah tren positif berlanjut atau justru menurun, itu semua akan terlihat dari hasil semester I,” tegasnya.
Menurut GAPURA, jika capaian PAD 2025 kembali menembus lebih dari 100 persen target, kepemimpinan Asjaf–Andreas layak diapresiasi dalam mengelola fiskal daerah. Namun jika sebaliknya, meleset jauh dari target, hal itu akan membuktikan bahwa lonjakan target lebih sarat ambisi politik ketimbang strategi matang yang berpijak pada kondisi riil ekonomi masyarakat.
“Bagi kami, PAD adalah barometer utama. Dari sinilah kinerja pemerintahan Asjaf–Andreas di tahun pertama dapat dinilai dengan objektif,” pungkas Bulderi