ADA tiga bakal calon presiden (bacapres) yang disokong partai politik yang telah memenuhi ambang batas presidential threshold (PT), yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Dalam konteks Pemilu 2024, pemuda memiliki peran penting dalam memilih dan menentukan kemenangan pasangan capres dan cawapres pada pemilu mendatang.
Menurut hasil rapat pleno rekapitulasi daftar pemilih tetap (DPT) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia, total DPT sebanyak 204.807.222 jiwa dengan klasifikasi pemilih dalam negeri di 38 provinsi sebanyak 203.056.748 jiwa dan pemilih di luar negeri sebanyak 1.750.474 jiwa (kpu.go.id, 2/7).
Pemilih Muda
Pemilihan presiden dan wakil presiden dalam Pemilu 2024 akan dipengaruhi langsung oleh suara kaum muda. Pemuda, merujuk pada UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, ialah mereka warga negara Indonesia yang memasuki periode pertumbuhan dan perkembangan usia 16 tahun hingga 30 tahun. Artinya, pemuda saat ini terwakili oleh generasi Z sebagai generasi kelahiran di atas 1995 dan generasi milenial atau disebut juga generasi Y sebagai generasi kelahiran 1980-1995.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari DPT tersebut, yang dikategorikan dalam generasi Z dan milenial sebanyak 113.622.550 atau 56,45%. Secara spesifik, DPT kelompok usia generasi Z sebanyak 46.800.161 atau 22,85% dan milenial sebanyak 66.822.389 atau 33,60%. (katadata.co.id, 5/7)
Data di atas dapat menggambarkan realitas pemilih pada pemilu mendatang. Dominasi pemilih muda membutuhkan sentuhan yang tepat untuk kaum muda dalam rangka merebut suara mereka. Karena itu, dibutuhkan kecakapan dalam membaca karakteristik preferensi politik kaum muda.
Saat ini telah ada tiga bakal calon presiden. Pertama, Prabowo Subianto yang mendapat dukungan dari Partai Gerindra, PKB, PBB, PAN, dan Golkar. Kedua, Ganjar Pranowo yang mendapat dukungan dari PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo. Ketiga, Anies Baswedan mendapat dukungan dari Partai NasDem, PKS, Demokrat, dan Ummat.
Ketiga bacapres di atas telah memenuhi ambang batas PT sesuai UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pada Pasal 222, dijelaskan bahwa pasangan calon yang diusulkan oleh parpol atau gabungan partai harus memenuhi 20% dari total kursi DPR dan atau 25% suara sah nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Karakteristik Pemuda
Setidaknya ada tiga karakteristik yang harus dipahami dari kaum muda. Pertama, karakteristik berpikir rasional. Pemuda memiliki karakteristik pelajar dan mahasiswa, dunia mereka penuh dengan wawasan intelektualisme. Karena itu, dikenal adagium pemuda sebagai sosok yang idealis. Mereka mengharapkan sesuatu sebagaimana realitas yang berdasar pada pengetahuan atau suatu teori. Idealisme ialah modal tertinggi bagi kaum muda.
Menurut pengajar politik Universitas Padjadjaran Bandung, Firman Manan (Kompas, 22/11/2022), pemilih muda cenderung rasional. Mereka memilih pemimpin berdasarkan pada kapasitas pemimpin dan kedekatan isu. Mereka akan fokus pada isu yang menjadi problem, buka isu simbolik. Oleh karena itu, pemilih muda dapat menjadi generasi yang mengakhiri perdebatan pemilihan pemimpin soal isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Maka itu, tidak heran jika isu-isu yang dianggap strategis yang paling dominan mengenai kesejahteraan masyarakat (44,4%), lapangan kerja (21,3%), pemberantasan korupsi (15,9%), serta isu lainnya seperti demokrasi dan kebebasan sipil, kesehatan, dan lingkungan hidup (CSIS, 2023).
Kedua, karakterisitik informasi melalui internet dan media sosial. Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat ada penetrasi internet di Indonesia mencapai 78,19% atau 215.626.156 jiwa pada 2023 dari total populasi di Indonesia berdasarkan usia. Internet banyak digunakan oleh kaum muda.
Sementara itu, menurut laporan survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) 2023, pemilih usia muda menjadikan rujukan informasi pada media sosial sebanyak 59%, selanjutnya televisi 32%, dan sisanya media lain. Media sosial yang digunakan kaum muda, seperti Whatsapp, Facebook, Youtube, Instagram, Tiktok, dan Twitter.
Ketiga, karakteristik waktu yang tidak terikat atau bebas dan merdeka. Generasi muda cenderung memilih aktivitas yang tidak terikat atau bebas. Dalam dunia kerja, orientasi mereka pada output, bukan adminitrasi. Bagi generasi ini, bekerja bisa dari mana saja, kapan saja, tanpa terikat waktu.
Begitu juga dengan pilihan politik, sebagaimana yang diutarakan oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dalam acara wawancara dengan saluran televisi swasta baru-baru ini, bahwa kaum muda memiliki kencenderungan pilihan yang berbeda dari kaum tua yang diwakili generasi X dan baby boomers. Jadi, pemilih dari kalangan muda akan memiliki preferensi pilihan politik sendiri yang mungkin akan berbeda dengan orangtuanya.
Strategi
Berdasarkan karakteristik pemuda di atas, perlu bagi partai dan tim sukses atau relawan menghadirkan strategi yang tepat untuk merebut suara kaum muda. Oleh karena itu, strategi yang harus dilakukan ialah menghadirkan konten positif di medsos. Berdasarkan survei CSIS 2023, pemilih usia muda memperoleh sumber informasi yang menjadi rujukan utama bagi mereka ialah medsos.
Medsos telah menjadi saluran informasi utama yang lekat dengan kaum muda. Memproduksi konten positif sebagaimana kapasitas bacapres dan bacawapres dan isu-isu strategis menjadi sangat penting. Sudah saatnya ruang medsos menghadirkan ruang yang sehat dan kompetitif, bukan sebaliknya ruang yang kotor seperti produksi konten yang penuh fitnah dan kebohongan.
Praktik kepemimpinan yang buruk dan tata kelola pemerintahan yang melawan konstitusi dapat membuat antusiasme pemilih muda menjadi rendah. Sebagaimana survei Kompas (2023), antusiasme pemilih dari generasi Z sebesar 67,8%, sedangkan bagi generasi Y sebesar 77,9%. Tentu hal itu menjadi tantangan bagaimana partai atau tim sukses merumuskan strategi dalam medsos yang efektif dan inovatif agar anak muda tertarik memilih dan meningkatkan antusias pemuda.
Pemaksaan pada kaum muda ialah kesalahan yang fatal. Mereka cenderung memiliki kebebasan untuk memilih. Jika memaksakan kehendak pada pemuda untuk memilih sosok tertentu, tanpa mengetahui kapasitas dan isu strategis yang diangkat, itu akan membawa daftar panjang tingkat partisipasi atau antusias pemuda dalam politik yang semakin rendah.
Akhirnya, pemuda, medsos, dan pemilihan presiden (pilpres) dalam Pemilu 2024 mendatang saling berkaitan. Dominasi suara pemuda harus didukung literasi politik yang positif dan sehat dengan menghadirkan kapasitas dan isu strategis pasangan calon nantinya. Jika hal itu dapat dilaksanakan dengan baik, tidak menutup kemungkinan suara pemuda akan memberikan signifikansi pada kemenangan.
Penulis : Dzul Fikar Ahmad Tawwala